
Selidik punya selidik, ternyata orang-orang yang punya motor ini sedang asyik menyeruput kuah soto dari mangkuk yang ukurannya sedikit lebih besar dari mangkuknya abang bakso keliling. Di penutup kain yang “melindungi” para penikmat soto ini pun jelas terbaca tulisan “Soto Lamongan” (tanpa Cak Har). Tanpa pikir panjang, verboden puter balik yang dari tadi nangkring di depan mata, langsung gue libas hanya demi menyambangi soto yang menarik hati dari jumlah pengunjunnya.
Oke, seperti yang sudah diduga, rada susah ternyata untuk dapet tempat duduk di sini, sekalipun untuk 2 orang saja. Semua berebut, bahkan yang lagi makan ampe ngelirik orang disebelahnya yang notabene bukan mau nyolong dompetnya, melainkan nungguin kapan dia cepet selesai dan tentunya angkat kaki dari situ.
Setelah berhasil “menjajah” tempat duduk di pojokkan, mesenlah gue seporsi soto ayam (menu utama dan satu-satunya di sini, selain tentunya es teh manis dan air jeruk). Singkat cerita, datanglah soto ayam yang ditunggu. Dari baunya aja bisa ketahuan kalo ini bukan sembarang soto.
Aroma kaldu ayam bercampur racikan kunyit langsung bisa diindra dengan baik. Tepat di tengahnya kita bisa menemukan potongan ayam lengkap dengan koyah sebagai toppingnya. Karena penasaran dengan isinya, sendok yang tersedia langsung gue pake untuk membongkar si soto. Ah, ternyata isinya standar saja, cuma nasi putih, bihun besar ala jawa timuran. “Lho kok gak ada telornya?” kata gue, “Mas gak bilang ya kalo mau pake telor”, jelas orang sebelah yang langsung diikuti penyesalan hati. Ternyata, standar soto ini adalah tanpa telor, dan jika Anda sempat mampir di sini dan kebetulan juga suka sama telor, jangan lupa mesen di awal, karena mesen di akhir adalah sia-sia mengingat kesibukan sang pelayan yang luar biasa.
Setelah berhasil “menjajah” tempat duduk di pojokkan, mesenlah gue seporsi soto ayam (menu utama dan satu-satunya di sini, selain tentunya es teh manis dan air jeruk). Singkat cerita, datanglah soto ayam yang ditunggu. Dari baunya aja bisa ketahuan kalo ini bukan sembarang soto.
Aroma kaldu ayam bercampur racikan kunyit langsung bisa diindra dengan baik. Tepat di tengahnya kita bisa menemukan potongan ayam lengkap dengan koyah sebagai toppingnya. Karena penasaran dengan isinya, sendok yang tersedia langsung gue pake untuk membongkar si soto. Ah, ternyata isinya standar saja, cuma nasi putih, bihun besar ala jawa timuran. “Lho kok gak ada telornya?” kata gue, “Mas gak bilang ya kalo mau pake telor”, jelas orang sebelah yang langsung diikuti penyesalan hati. Ternyata, standar soto ini adalah tanpa telor, dan jika Anda sempat mampir di sini dan kebetulan juga suka sama telor, jangan lupa mesen di awal, karena mesen di akhir adalah sia-sia mengingat kesibukan sang pelayan yang luar biasa.

Kehebatan soto ini ada pada rasa kuah yang kuat serta topping soto yang bisa sangat fleksibel dipilih oleh pelanggannya. Selain itu, pedagang soto juga menyediakan topping tambahan seperti koyah, kecap manis, kecap asin, dan sambel yang bisa bebas dituang sesuai selera.
Oh ya, harganya juga tergolong murah lho. Untuk seporsi soto (tanpa telur) lengkap dengan nasi dan es teh manis, dibandrol si abang dengan harga 6000 rupiah saja. Gimana? Berniat mencoba? langsung aja sambangi. (brams)
Jam Operasional: All Day
Skor (5 bintang = sempurna):Rasa : * * * *
Lokasi : * * *
Harga : * * * *
Pelayanan : * * * *
Lokasi : * * *
Harga : * * * *
Pelayanan : * * * *
Lokasi:
Jl. Kertajaya Indah Timur
(Seberang Kantor Kopertis JawaTimur)
Tepat Setelah Lampu Merah
Dari Arah Arif Rahman Hakim
Surabaya
Jl. Kertajaya Indah Timur
(Seberang Kantor Kopertis JawaTimur)
Tepat Setelah Lampu Merah
Dari Arah Arif Rahman Hakim
Surabaya
(Koordinat Bumi: lat: -7.2891965, lon: 112.7804303)
Peta:
View Wisata Kuliner in a larger map
Tidak ada komentar:
Posting Komentar