Aplikasi PeduliLindungi, Beneran Bisa Melindungi? - Bramseeing - Blognya si Brama

Bramseeing - Blognya si Brama

Kulaporkan Apa Yang Kurasa

Terbaru

21 April 2020

Aplikasi PeduliLindungi, Beneran Bisa Melindungi?

Depok, Bramseeing - Sudah hampir 2 bulan sejak pemerintah mengumumkan pasien terinfeksi COVID-19 untuk yang pertama kalinya di Indonesia. Sampai artikel ini ditulis, jumlah penderita sudah 7 ribuan lebih. Lantas, gimana cara survival kita supaya terhindar dari virus ini? Sudah coba aplikasi PeduliLindungi?


Buat yang belum tahu, PeduliLindungi adalah aplikasi yang dibuat oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Bukan, bukan buat blokir website porno, yang ini justru buat membantu menyelamatkan kita dari COVID-19. Beneran gak sih?



Kebetulan saya sudah install dan nyoba. Kalau mau ikutin jejak saya, silahkan cari pakai kata kunci "PeduliLindungi" di Google Play  (Android) dan App Store (iOS). Pakenya gampang, setelah diinstall, daftarin nomor telepon dan nama kamu di tombol "Jadi Partisipan". Setelah berhasil daftar, dia akan minta persetujuan untuk memakai nomor kamu untuk melindungi diri. Lho kok?



PeduliLindungi memang tidak menyediakan menu-menu yang ribet dan fancy. Dia bekerja di belakang layar, menggunakan koneksi internet, sensor GPS (lokasi) dan Bluetooth. Tugas kita hanya perlu menghidupkan ketiganya saat berada di luar rumah. Nanti, kalau ternyata kamu berada di lokasi yang rawan infeksi alias Zona Merah, aplikasi akan mengabarkannya di layar status. Jadi, teorinya, kamu bisa ekstra hati-hati. Jangan lupa pakai masker dan sering cuci tangan.



Terus buat apa koneksi Bluetooth dan internet? Nah ini bagian penting dari aplikasi PeduliLindungi, sekaligus kelemahannya (saya kasi alasan akhir artikel ya). Bluetooth yang aktif akan mencari aplikasi PeduliLindungi lain yang terpasang di ponsel orang yang sedang berada di dekat kita. Jika status kita atau orang tadi termasuk yang terinfeksi atau salah satu dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau Orang Dalam Pengawasan (ODP), maka ponsel orang yang sehat akan menampilkan peringatan sekaligus mencatat status bahwa kita pernah berdekatan dengan orang tersebut. Nah, data-data ini disinkronisasi secara realtime oleh server Kemenkominfo dan Kementrian Kesehatan. Tenang, walaupun terdengar agak seram, tapi pengembang aplikasi ini berjanji bahwa data yang ditukar lewat Bluetooth bersifat anonim. Dan semua dirahasiakan (semoga ya). Oh ya, menurut pengembang aplikasi, data berupa nomor telepon kita juga akan menjadi modal bagi petugas kesehatan untuk menghubungi kita kalau kita menjadi orang beresiko tertular COVID-19.

Pernah ada teman yang bertanya, bagaimana aplikasi itu tahu kalau si empunya ponsel termasuk yang terinfeksi, PDP atau ODP? Jawabannya adalah kalau kita atau orang itu pernah diperiksa ke rumah sakit, dan ditetapkan sebagai salah satu dari status tadi, maka nomor telepon kita akan dicatat dan dimasukkan ke dalam database Kemenkes. Nomor telepon ini akan terus membawa status di aplikasi PeduliLindungi sesuai status kita, sembuh atau belum.



Lalu apa lemahnya sistem ini? Pertama, Bluetooth yang terus hidup sudah pasti menguras baterai, beberapa ponsel bahkan bisa terasa "hangat" kalau koneksi ini terus hidup. Belum lagi masalah keamanan, karena koneksi Bluetooth yang terus hidup, bisa membuat orang iseng bernafsu untuk terhubung ke sana.

Karena masalah Bluetooth ini, 4 dari 4 teman saya memutuskan untuk "membuangnya" dari ponsel mereka. Saya sendiri memilih untuk bertahan, cukup memakai trik menghidupkan Bluetooth saat berada di luar rumah saja. Kalau di rumah, ya matikan. Lumayan buat menghemat baterai.

Tapi.. ya buat apa kalau cuma kita yang pakai. Sementara aplikasi ini sendiri baru bisa melindungi jika makin banyak orang yang pakai dan mengaktifkannya. Serba salah sih.

Informasi lengkap bisa lihat di PeduliLindungi.id

Post Bottom Ad

Halaman