Zoom (www.zoom.us)
Siapa yang gak kenal sama aplikasi yang satu ini. Di Indonesia, Zoom cukup populer dipakai oleh mereka yang butuh "tatap muka" online. Penggunanya pun beragam, dari mulai anak sekolah, akademisi, sampai perusahaan komersil kecil dan besar. Salah satu alasan Zoom banyak dipakai karena kemudahannya, dan tentu saja gratis.
Antarmuka Zoom |
Fitur yang dimiliki Zoom-pun cukup memadai untuk kebeutuhan telekonverensi. Ada fitur papan tulis digital, pembagian layar untuk presentasi, chat, virtual background sampai pengamanan telekonverensi dengan password.
Manajemen pengguna di Zoom juga bagus. Pengendalian siapa yang boleh bicara, siapa yang bisa berbagi layar, dan sejenisnya bisa dilakukan dengan mudah di Zoom. Kalau mau mengabadikan sesi konverensi, tinggal aktifkan mode rekam yang juga tersedia di sini. Jujur, saya paling suka dengan antarmuka milik Zoom ini. Semua peserta bisa terlihat di layar utama dengan jelas, dan otomatis dibagi oleh aplikasi.
Satu-satunya kelemahan yang dimiliki Zoom adalah batasan waktu konverensi yang cuma 40 menit per sesi. Kalau mau lanjut, kita harus membuat sesi baru dan mengundang kembali semua perserta. Ribet sih, tapi itu harga yang harus dibayar di versi gratisan. Kalau ogah ribet, kalian bisa merogoh kocek 15 dolar (biaya termurah) untuk langganan versi berbayarnya. Dengan versi berbayar, kita bisa melakukan telekonverensi tanpa batas sampai 100 peserta.
Plus: Fitur lengkap, manajemen pengguna bagus, antarmuka oke, penggunakan cukup mudah.
Minus: Versi gratis terbatas hanya 40 menit, pernah ada isu keamanan Zoom Bombing.
Teamlink (www.teamlink.co)
Pernah dengar aplikasi ini? Belum? Jangan kuatir, Teamlink memang kurang akrab buat pengguna di Indonesia. Padahal aplikasi ini cukup keren buat dijadikan alternatif telekonverensi yang murah meriah. Bahkan, salah satu keunggulannya, selain gratis, dia sangat mudah untuk dipakai. Cukup download aplikasinya, buat ruangan meeting atau masukkan kode untuk bergabung dengan meeting, selesai.
Antarmuka Teamlink |
Agak berbeda dengan Zoom yang hadir dengan banyak fitur, Teamlink cenderung memasukkan fitur yang benar-benar dipakai untuk pengguna yang enggan berurusan dengan banyak fitur yang bikin ribet. Dari catatan saya, fitur-fitur standar meeting seperti chatting, berbagi layar komputer dan merekam sesi meeting ada di Teamlink. Sebenarnya fitur ini cukup untuk pengguna awam yang enggan ribet dengan berbagai macam fitur yang tidak mereka pakai. Misalnya telekonverensi untuk anak-anak yang duduk di bangku sekolah junior.
Proses mengundang atau menambahkan peserta lain dilakukan dengan membagi link ruang meeting yang terdiri dari deretan angka. Tidak ada pengamanan di sini, artinya siapapun yang mengetahui alamat tersebut berarti bisa bergabung. Aman? Antara ya dan tidak. Namun yang pasti, semua peserta harus menggunakan aplikasi Teamlink yang bisa diunduh untuk platform Windows, Android, Mac, dan iOS.
Kalau soal antarmuka, kami lebih suka Zoom, karena dia bisa menampilkan lebih banyak orang di layar utamanya. Teamlink agak sedikit berbeda, tidak semua orang bisa ditampilkan di layar besar, peserta lain, diletakkan di deretan layar bawah yang lebih kecil.
Plus: Gratis dan dapat dipakai tanpa batas waktu, pengunaan mudah, tersedia untuk platform PC berbasis Windows, smartphone (Android dan iOS) serta Mac.
Minus: Fitur terbatas, Tidak ada pengamanan kanal dengan password ata PIN, manajemen pengguna terbatas.
Jitsi (meet.jit.si)
Dari dulu, setidaknya buat saya, aplikasi berbasis sumber terbuka (open source) memang selalu jadi idaman. Dan, Jitsi adalah telekonverensi yang dilahirkan dari rahim sumber terbuka. Itu kenapa, ia memiliki hampir semua fasilitas untuk telekonverensi, namun dengan lisensi gratis. Dan, jika boleh sedikit subyektif, ini adalah layanan telekonverensi gratis dengan fitur terlengkap yang pernah saya temukan. Kalau ada yang bisa memberi referensi lain yang lebih baik dari Jitsi ini, bolehlah berbagi di kolom komentar.
Antarmuka Jitsi |
Menggunakan Jitsi semudah berbagi link. Kita bisa melakukan kustomisasi nama ruangan meeting di belakang domain meet.jit.si. Misal: meet.jit.si/abc. Semua yang membuka link itu, akan langsung terhubung ke ruangan konverensi. Pertanyaannya, gak aman dong? Kalau mau, kita bisa membuat password untuk ruangan tersebut. Sayang, jika semua peserta bubar, password akan kembali kosong. Jadi, kalau mau, orang pertama yang bergabung langsung menset password baru untuk mengamankan ruang.
Lantas, fitur apa saja yang tersedia di Jitsi? Chat dan manajemen peserta tersedia lengkap. Plus fasilitas untuk melakukan livestreaming sesi konverensi ke Youtube kalian. Kita juga bisa berbagi video Youtube, layar desktop atau aplikasi di sini. Sesi meeting juga bisa direkam. Fitur menarik di Jitsi yang saya suka adalah jenis antarmuka yang bisa dipilih, mau lihat semua orang atau hanya yang sedang bicara. Kalau enggan mengganggu, pakai fitur Push To Talk (PTT), maksudnya kalau sedang dalam kondisi mute, kita bisa langsung bicara dengan menekan spacebar. Oh ya, kalau kecepatan internetmu buruk, manfaatkan fitur Low Definition video yang tersedia di Jitsi.
Di PC desktop atau laptop, Jitsi bisa dipakai menggunakan browser Chrome atau Firefox. Cukup pasang ekstensi jitsi untuk kedua browser itu, kalau punya Android atau iOS, bisa unduh aplikasinya di Google Play Store atau Apple Apps Store.
Plus: Gratis, fitur lengkap, pengunaan mudah, integrasi ke livestreaming Youtube, share video Youtube, pilihan kualitas video mulai low sampai high definition.
Minus: Password hilang/reset jika tidak ada peserta, tidak ada fitur whiteboard, peserta bisa masuk tanpa nama.
Cisco Webex (www.webex.com)
Yang sering berkutat dengan jaringan komputer, pasti kenal dengan nama besar Cisco. Yap, produsen jaringan terkemuka asal negeri Paman Sam ini juga punya layanan telekonverensi, namanya Webex. Aslinya sih gak pake nama Cisco, melainkan cuma Webex. Tapi biar keren dan menunjukkan nama besar di belakangnya, boleh lah sekalian disandingkan.
Antarmuka Webex |
Saat pertama kali nyoba Webex, saya sempat berpikir, "kira-kira ada gratisannya gak ya?". Maklum, Cisco terkenal dengan sifatnya yang "komersial". Ya sebanding sih dengan teknologi yang ditawarkan. Tapi, pertanyaan itu terjawab dengan segera. Ternyata, Webex menyediakan layanan gratis untuk telekonverensi-nya. Warbyasah.
Bagaimana fiturnya? Boleh dibilang, kelas enterprise. Rasanya, semua yang dibutuhkan perusahaan untuk melalukan telekonverensi tersedia di sini. Ada papan tulis virtual, berbagi layar, aplikasi, window, maupun file/dokumen. Manajemen peserta pun lengkap, termasuk memberikan hak khusus untuk peserta tertentu untuk dapat atau tidak dapat melakukan sesuatu saat konverensi berlangsung. Oh ya, di versi gratisan ini, Webex bisa dipakai sampai maksimal 100 peserta, tanpa batasan waktu. Keren kan?
Hal lain yang membuat Webex menarik adalah kemampuannya untuk berintegrasi dengan perangkat Cisco lain. Anggap kamu sudah punya perangkat komunikasi Cisco lain seperti telepon, maka dengan mudah bisa diintegrasikan ke sistem ini. Cocok deh..
Plus: Gratis, fitur lengkap, pengunaan mudah, integrasi ke perangkat komunikasi Cisco lain, manajemen pengguna baik.
Minus: Kualitas video di versi gratis kurang tajam. Versi gratis hanya bisa menggunakan personal room (tidak dapat dikustomisasi).
Skype (www.skype.com)
Antarmuka Skype |
Tapi entah kenapa, di Indonesia, Skype saat ini kurang begitu mendapat suara yang cukup. Padahal soal integrasi dengan sistem operasi Windows, Skype jagonya. Nggak percaya? Coba install dan kamu bisa langsung pakai menggunakan akun Microsoft mu.
Bagaimana fiturnya? Karena dibuat untuk pengguna awam, Skype memang tidak memberikan fasilitas selengkap layanan yang dibahas di atas tadi. Tidak ada papan tulis yang bisa dibagi, juga layar, atau manajemen pengguna yang lengkap. Kita hanya bisa melakukan tatap muka dengan lawan bicara sambil melakukan chatting. Untungnya Skype masih menyediakan fasilitas sharing file, musik lewat Spotify, atau sekadar membuat survei sederhana yang dapat dijawab peserta. Jumlah peserta yang bisa gabung di Skype ini maksimum 50 orang. Cukup lah untuk sekadar ngobrol atau diskusi dengan beberapa rekan kerja atau keluarga nun jauh di sana.
Lantas kalau mau yang lebih korporat? Skype punya Skype for business atau Microsoft Team yang juga berbasis teknologi Skype. Pastinya gak gratis ya.
Plus: Mudah dipakai, kualitas audio video baik, bisa dipakai tanpa harus unduh aplikasi (lewat browser).
Minus: Fasilitas meeting terbatas, hanya untuk 50 peserta.
Google Hangouts (hangouts.google.com)
Ini aplikasi telekonverensi terakhir yang kita bahas. Sudah pada tahu dong? Kebangetan kalo nggak. Sesuai namanya, aplikasi besutan mbah Google ini beneran memang dibuat untuk hangout, entah bareng keluarga, teman, atau mungkin.. gebetan.
Antarmuka Google Hangouts |
Hangout sebenarnya juga pemain lama. Fasilitas tatap muka atau telepon online-nya bisa dibilang tanpa basa-basi. Kamu yang punya akun Google, langsung bisa menggunakan layanan ini. Kalau di PC berbasis Windows, Hangouts bisa berjalan lewat browser, tanpa harus instalasi aplikasi terpisah. Kalau di Android, perlu download aplikasinya dulu di Playstore. Dulu, di Android versi awal, Hangouts merupakan aplikasi bawaan Android. Entah kenapa sekarang harus didownload lagi.
Fasilitas yang dimiliki Hangouts mirip seperti apa yang dipunya Skype. Ada beberapa fitur tambahan seperti berbagi layar desktop atau aplikasi, namun tidak memiliki fitur berbagi file seperti yang dimiliki Skype. Hangouts juga menyediakan pilihan jenis kualitas panggilan video, apakah high definition (HD - 720p) atau standard definition (SD - 360p). Cocok buat yang punya bandwidth terbatas.
Sayangnya, Hangout bukan pilihan bagus untuk mereka yang mau hangout ke lebih dari 10 orang. Google hanya membatasi peserta Hangouts sebanyak 10 orang saja. Mungkin ini alasan kenapa banyak orang lebih memiliki layanan lain ketimbang Hangouts. Ya, konverensi ke 10 orang memang rasanya nanggung. Minimal 20 orang lah untuk bisa memberi ruang lebih banyak untuk ngobrol seru.
Kesimpulan
Kalau disuruh memilih berdasarkan fasilitas dan kegunaan, saya jelas menunjuk Jitsi. Tapi kalau soal keamanan dan keandalan, Webex patut dipertimbangkan. Zoom adalah pilihan baik dengan mempertimbangkan aspek layanan berbayar, karena sepengalaman melakukan telekonverensi, hampir pasti lewat dari 40 menit.
Bagaimana jika hanya mencari layanan video call yang andal tanpa fasilitas rapat ala kantor? Jawabannya sudah pasti Skype. Namun ini semua pilihan saya lho ya. Kalau kalian pernah mencoba dan lebih cocok dengan aplikasi Hangouts misalnya, tentu kembali ke pilihan masing-masing. Atau, kalian punya gacoan layanan telekonverensi lain yang lebih canggih? Komen di bawah ya.