
Untungnya hari itu gue jalan sama tiga orang temen yang dua diantaranya paham bener seluk beluk kota apel ini. Kebetulan juga, temen senasib gue, Lia, lagi ngidam sama yang namanya bakso Malang. Jadilah kita berempat muter-muter untuk mencari sesuap bakso Malang.
“Wah, kalo mau makan bakso di malang musti nyobain yang satu ini”, mas Koko, temen gue yang juga ikut berpelesir hari itu langsung mengeluarkan ilmu perkulinerannya. “Langsung aja ke jalan Soekarno Hatta di sana ada bakso uenak. Cabangnya sih banyak, tapi iki sing asli” katanya. Karena yang bawa mobil gue, langsung tuh gas Xenia gue injek dalem-dalem. Singkat cerita, sampailah kita di warung bakso Kota Cak Mat.
Loh, mana bakso malangnya? “Ya iki rek, wong wis sampe neng malang kok nyari bakso Malang”, sambung mas Koko lagi. Ternyata di malang itu gak ada judul bakso Malang, adanya bakso ato bakso Kota. Kota mana? Ya Malang lah .....
Karena udah buka franchise, gak heran warung bakso Cak Mat ini kelihatan moderen. Tapi jangan kuatir, yang ini asli alias pusatnya, meskipun gak keliatan seperti bakso rumahan. Sistem pesen juga gak ada di sini. Begitu masuk, kita langsung ke arah kasir untuk milih ragam lauk yang mau dilahap, mirip HokBen (Hoka-Hoka Bento) lah.

Hari yang udah sore mengharuskan gue membungkus semua pesenan bakso. Maklum perjalanan dari Malang ke Surabaya lumayan panjang (sekitar 2,5 jam), apalagi hari ujan, dan gue harus lewat lumpur porong yang terkenal itu (takut tanggulnya jebol pas ujan heheheh). Jadilah bakso-bakso tadi gue makan di kost-an di Surabaya.
Rasanya emang ternyata beda sama semua bakso – bakso yang pernah gue makan, termasuk bakso malang yang sering dijajakan keliling. Asin plus rasa kaldu yang membangun kuah ngeblend dan muncul jadi sensai rasa gurih yang mantap. Tanpa tambahan apapun bakso ini udah sangat enak. Buat yang suka pedes, tinggal tambahin saos sambel, mantuappp....
Dari tekstur bakso urat dan halus-nya bisa dirasa kalo ini bakso buatan sendiri, alias bukan bakso generik yang diangkut dari pasar. Racikan bakso gorengnya juga dibuat jauh dari kata asal – asalan. Yang paling asik tuh siomay-nya. Siomay yang sering gue makan, biasanya punya komposisi kanji jauh lebih banyak dibanding bahan lainnya (seperti daging ato bumbu lain). Nah, siomay Cak Mat ini beda! Rasa dagingnya jauh lebih dominan dibanding kanji-nya. Bahkan kalo gue bilang, siomay ini jadi mirip bakso yang dibungkus kulit pangsit. Sip lah pokoke.
Harga? Kalo ukuran orang Jakarta sih murah ya. Masalahnya gue lupa nanya harga per potong lauknya. Tapi seinget gue, ada sekitar 8 potong lauk yang gue ambil termasuk setusuk telor puyuh. Semuanya dihargai Rp. 10.000 saja, murah gak? Yah dari itungan gue sih, sepotongnya kira-kira seribuan lah, plus bonus plastik dan saos buat mendukung ambil jauh (take away - red). Jadi, kalo ke Malang jangan cuma cari Apel ato dinginnya hawa doang, coba deh yang satu ini. Next target is: Cwie Mie :). (Brams)

Skor (5 bintang = sempurna):
Rasa : * * * * *
Lokasi : * * * *
Harga : * * * *
Pelayanan : * * * *
Lokasi:
Jl. Soekarno - Hatta
Malang
Jawa Timur
(Koordinat Bumi: lat: -7.621659, lon: 112.685836)
Peta:
View Wisata Kuliner in a larger map
Naaahh.. ini dia yang dicari-cari. Kereenn. Tapi itu ikan patin dan gurame-nya koq gak dibenchmark?? Kayaknya menarik tuh :D
BalasHapusWah iya bang, ane lupa bawa kamera buat motoin tuh ikan. Soal rasa sih mantap dah, cuma ya itu karena disikat pas laper, jadi gak konsentrasi sama motretin tuh patin sama gurame. Next kalo ane ke malang lagi pasti mampir dah heheheh
BalasHapushaaaa ,, ngileerrr
BalasHapusIni salah satu bakso favorit. Kebetulan sempat mencoba saat beristirahat di kota Malang sehabis pendakian ke Semeru beberapa tahun silam (2007).
BalasHapusThanks for sharing. Keep posting and updating the blog!